Kesalahan merupakan
sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar, kesalahan
tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari
norma atau norma terpilih dari permansi bahasa orang dewasa, para guru dan
orang tua (terlebih pada ibu) yang telah berupaya menenangkan pertarungan
begitu dan sabar terhadap kesalahan berbahasa murid-murid dan anak-anak tiba
pada satu kesimpulan, pada suatu realisasi, bahwa terbuat kesalahan merupakan
suatu bagian belajar yang tidak terhindarkan. Dengan perkataan lain, guru dan
orang tua tidak perlu mengelak atau menghindar dari kesalahan, tetapi justru
harus menghadapi serta memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh murid dan anak
mereka. Kita hendaklah menyadari benar-benar bahw orang tidak dapat belajar
bahasa tanpa pertama sekali berbuatkesalahan-kesalahansecarasistematis.
Diatas telah kita singgung
bahwa kesalahan adalah bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari
beberapa norma baku (atau norma terpilih) dari performansi bahasa
orangdewasa(Dulay),1982:277).
Istilah “kesalahan” yang
dipergunakan dalam buku ini adalah
padanan dari kata “errors” dalam bahasa inggris. Dalam bahasa inggris sendiri
kata errors mempunyai sinonim, antara lain:
mistakes dan goofs. Demikian pula halnya dalam bahasa Indonesia, disamping kata
kesalahan kitapun mengenal kata kekeliruan dan kata kegalatan.
Mungkin saja ada orang yang megajukan pertanyaan:“untuk apa menelaah atau
menganalisis kesalahan berbahasa pada pelajar?“
Menelaah
kesalahan para pelajar, khususnya kesalahan berbahasa, mengandung dua
maksudutama,yaitu:
1) Untuk memperoleh data yang dapat
dipergunakan untuk membuat atau menarik kesimpulan-kesimpulan mengenai hakikat
proses belajar bahasa;
2) Untuk memberikan indikasi atau
petunjuk kepada para guru dan para pengembang kurikulum, bagian mana dari bahasa sasaran yang
paling sukar diproduksi oleh pelajar secara baik dan benar, serta tipe
kesalahan mana yang paling menyukarkan atau mengurangi kemampuan pelajar untuk
berkomunikasi secara efektif (Dulay (et al), 1982: 138).
Secara awam, kita dapat
mengatakan bahwa mengetahui kesalahan para pelajar
mengandungbeberapakeuntungan,antaralain:
a) Untuk mengetahui sebab-musabab (atau penyebab) kesalahan itu; untuk memahami
latar belakangkesalahantersebut;
b)Untuk
memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh para pelajar;
c) Untuk mencegah atau menghindari kesalahan yang sejenis pada waktu yang akan
dating, agar para pelajar dapat
menggunakan bahasa dengan baik dan benar.
Sumber
kesalahan berbahasa secara tersirat sudah dapat dipahami oleh anda dalam sajian
sebelum ini. Penyimpangan bahasa yang dilakukan oleh para penutur, terutama
anak (siswa) dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa. Berdasarkan kategori
taksonomi kesalahan atau kekeliruan bahasa, anda sudah dapat memprediksikan
sumber-sumber kesalahan bahasa.
Dalam konteks ini sumber kesalahan
itu adalah “ Pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar”. Dari
parameter penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar kemudian dihubungkan
dengan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, itulah sumber yang utama untuk
analisis kesalahan bahasa dalam sajian ini. Penyimpangan bahasa yang diukur
berada pada tataran ( wilayah ) fonologi, morfologi, sintaksis, semantic dan
wacana yang dihubungkan dengan factor-faktor penentu dalam komunikasi.
Analisis
kesalahan bahasa dalam tataran fonologi
Sumber kesalahan berbahasa dalam
tataran fonologi bahasa Indonesia antara lain : fonem, diftong, kluster, dan
pemenggalan kata. Sumber kesalahan itu terdapat pada tataran berikut :
1.
Fonem /a/ diucapkan menjadi /e/
2. Fonem /i/ diucapkan menjadi /e/
3. Fonem /e /diucapkan menjadi/e`/
4. Fonem/e`/ diucapkan menjadi /e/
5. Fonem/u/ diucapkan menjadi /o/
6. Fonem /o/diucapkan menjadi /u/
7. Fonem /c/ diucapkan menjadi /se/
8. Fonem /f/ diucapkan menjadi /p/
9. Fonem /k/ diucapkan menjadi /?/ bunyi hambat
glotal
10.
Fonem /v/ diucapakan menjadi /p/
11.
Fonem /z/ diucapkan menjadi /j/
12. Fonem /z/ diucapkan menjadi /s/
13. Fonem /kh/diucapkan menjadi /k/
14. Fonem /u/ diucapkan menjadi /w/
15. Fonem /e/ diucapkan menjadi /i/
16. Fonem /ai/ diucapkan menjadi /e/
17. Fonem /sy/ diucapkan menjadi /s/
18. kluster /sy/ diucapkan menjadi /s/
19. Penghilangan fonem (k)
20.
Penyimpangan pemenggalan kata.
Kesalahan
Fonologi
a. Kesalahan ucapan
Kesalahan ucapan adalah
kesalahan mengucapkan kata sehingga menyimpang dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan
perbedaan makna. Misalnya:
enam diucapkan anam, anem
saudara sudara, sodara
rabu rebo
mengubah mengobah
telur telor
menerangkan menerangken
alasan alesan
peletakan peletakkan
makin mangkin
tangkap tangkep
hantam hantem, antem
esa esa.
b. Kesalahan ejaan
Kesalahan ejaan ialah kesalahan
menuliskan kata atau kesalahan menggunakan tanda baca. Contoh:
Tuhan yang mahakuasa ditulis tuhan
yang maha kuasa
Tuhan yang maha pemurah tuhan yang
mahapemurah
Mengetengahkan mengketengahkan
Mengesampingkan mengeyampingkan
Melihat-lihat me-lihat2
Mempertanggungjawabkan
mempertanggung jawabkan
Bertanggung jawab bertanggungjawab
Pertanggungjawaban pertanggung
jawaba
Sekaligus sekali gus
Tata bahasa tatabahasa
Orang tua orangtua
Dua puluh duapuluh.
Sumber kesalahan bahasa dalam
tataran morfologi bahasa Indonesia, antara lain :
1.
Salah penentuan bentuk asal.
2.
Fonem yang luluh tidak di luluhkan.
3.
Fonem yang tidak luluh di luluhkan.
4.
Penyingkatan morfem men-, meny-, meng-,
dan menge- menjadi n, ny, ng, dan nge-.
5.
Perubahan morfem ber-, per-, dan ter-, menjadi be-, pe-, dan te-.
6.
Penulisan morfem yang salah.
7.
Pengulangan yang salah.
8.
Penulisan kata majemuk.
9.
Pemajemukan berafiksasi.
10.
Pemajemukan dengan afiks dan sufiks.
11.
Perulangan kata majemuk.
Sumber kesalahan berbahasa dalam
tatanan frase, antara lain:
1.
Ftase kata depan tidak tepat.
2.
Salah penyusunan frase.
3.
Penambahan kata” yang” dalam frase benda (nominal) (N+A).
4.
Penambahan kata “dari” atau “tentang” dalam frase nominal (N+N).
5.
Penambahan kata nominal dalam frase nominal.
6.
Penambahan kata “dari” atau “pada”dalam frase ferbal (V+Pr).
7.
Penambahan kata “untuk” atau” yang” dalam frase nominal (N+V).
8.
Penambahan kata “untuk” atau yang dalam frase nominal (V+yang+ A).
9.
Penambahan kata “yang” dalam frase nominal (N +yang + V pasif).
10.
Penghilangan preposisi dalam frase verbal (V intransitive + preposisi +N).
11.
Penghilangan kata “oleh” dalam frase verbal pasif (V pasif+ oleh + A).
12.
Penghilangan kata “yang” dalam frase adjektif (lebih + A+ daripada + N/Dem).
Sumber kesalahan berbahasa dalam
tataran klausa, antara lain:
1.
Penambahan preposisi di abtara kata kerja dan objek dalam klausa aktif.
2.
Penambahan kata kerja bantu “adalah “ dalam klausa pasif.
3.
Pemisahan pelaku dan kata kerja dalam klausa pasif.
4.
Penghilangan kata “oleh” dalam klausa pasif.
5.
Penghilangan preposisi dari kata kerja berpreposisi dalam klausa pernyataan.
6.
Penghilangan kata”yang” dalam klausa nominal.
7.
Penghilang kata kerja dalam klausa intransitive.
8.
Penghilangan kata” untuk” dalam klausa pasif.
9.
Penggantian kata “daripada” dengan kata”dari” dalam klausa bebas.
10.
Pemisahan kata kerja dalam klausa medial.
11.
Penggunaan klausa rancu.
Sumber kesalahan berbahasa dalam
tataran sintaksis, antara lain :
1. Penggunaan kata perangkai, dari, pada,
daripada, kepada, dan untuk
2. Pembentukan kalimat tidak baku, antara lain :
a.
Kalimat tidak efektif
b.
Kalimat tidak normative
c.
Kalimat tidak logis
d.
Kalimat rancu
e.
Kalimat ambigu
f.
Kalimat pengaruh struktur bahasa asing.
Sumber kesalahan berbahasa dalam
tataran semantik, antara lain :
1. Akibat gejala hiperkorek
2.
Akibat gejala pleonasme
3.
Akibat bentukan ambiguitas
4.
Akibat diksi (pemilihan kata)
Sumber kesalahan berbahasa dalam
tataran wacana, antara lain :
1. Akibat syaraf-syaraf paragraf tidak
terpenuhi.
2. Akibat struktur sebuah paragraf
3. Akibat penggabungan paragraf
4. Akibat penggunaan bahasa dalam paragraph
5. Akibat pengorganisasian isi ( topik-topik )
dalam paragraf.
6. Akibat pemilihan topik ( isi) paragraph yang
tidak tepat.
7. Akibat ketidakcermatan dalam perujukan
8. Akibat penggunaan kalimat dalam paragraf yang
tidak selesai.