Sabtu, 31 Desember 2011

pandangan terhadap pendidikan




            Menurut pandangan saya terhadap pendidikan diindonesia ini kurang berkembang, karena diindonesia ini tidak semuanya dapat menerima pendidikan , hanya orang-orang yang mampu saja, orang-orang yang mempunyai cukup uang yang dapat pendidikan, padahal sebenarnya orang-orang yang kurang mampu yang tidak mempunyai cukup uang untuk membiayai pendidikannya pun membutuhkan pendidikan.
            Akan tetapi banyak juga biaya-biaya yang seharusnya dipergunakan untuk biaya pendidikan itu yang dikorupsi oleh orang yang semena-mena dan tidak bertanggung jawab, apa mereka itu tidak berfikir akibat perbuatan mereka itu berdampak yang sangat fatal bagi pendidikan anak-anak bangsa yang kurang mampu ini, yang amat sangat membutuhkan biaya tersebut demi mass depannya, demi masa depan bangsa, demi pendidikannya.
            Seharusnya pemerintah memberi kebijakan kepada anak-anak yang miskin, anak-anak jalan untuk pendidikannya, untuk biaya pendidikan mereka.

Rabu, 28 Desember 2011

karya ilmiah



TUGAS INDIVIDU








DISUSUN OLEH:

ROSNITA SARI
(106212168)




FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2011












            DAFTAR ISI


            Kata Pengantar                                                                                                      xi
           
            Bab I   pendahuluan

                        1 . Latar Belakang ………………………………………………………...1
                        Il . Rumusan Masalah……..…………………………...………………….1
                        lll.  Tujuan Penulisan………………………………..…………..………...1


              Bab II   Pembahasan
                       
                         Puisi derai derai cemara…………………………………………………..2
                         Puisi kerawang bekasi……………………………………………..….......4
                         Puisi yang terhempas dan yang putus…………………………………….6
                         Pusi diponegoro…………………………………………………………..7
                         Puisi prajurit jaga malam…………………………………………………9
                       
              

              Bab III  Kesimpulan…………………………………………………………...11
                         

              Daftar Pustaka


















Kata Pengantar
            Puji syukur saya ucapkan kepada tuhan yang maha Esa ,yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini.Dan saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing serta memberikan bantuan pemikiran dalam menyelesaikan makalah ini.Makalah ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi saya sendiri tetapi juga bermanfaat bagi pembaca.Sehingga setelah membaca makalah ini pembaca bisa mengambil manfaatnya.
            Saya menyadari makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan,untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran,Terima kasih.




                                                                                                   Pekanbaru,00 Januari 2011
                                                                                                           
                                                                                                                    Penulis    






























BAB   I       PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang

            Chairil memang penyair besar yang menginspirasi dan mengapresiasi upaya manusia meraih kemerdekaan, termasuk perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan. Hal ini, antara lain tercermin dari sajaknya bertajuk: “Krawang-Bekasi”, yang disadurnya dari sajak “The Young Dead Soldiers Do Not Speak”, karya Archibald MacLeish (1948). Dia juga menulis sajak “Persetujuan dengan Bung Karno”, yang merefleksikan dukungannya pada Bung Karno untuk terus mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945. Bahkan sajaknya yang berjudul “Aku” dan “Diponegoro” juga banyak diapresiasi orang sebagai sajak perjuangan. Kata “Aku binatang jalang” dalam sajak “Aku”, diapresiasi sebagai dorongan kata hati rakyat Indonesia untuk bebas merdeka. Sajak “Catetan TH.1946” juga merupakan karya Chairil Anwar yang berkaitan pada masa Kemerdekaan Indonesia.
            Dalam makalah ini akan membahas ketatabahasaan dalam beberapa puisi Chairil    anwar.Analisis puisi ini berdasarkan strata norma menurut Roman Ingarden.

2.  Perumusan Makalah

    A .Bagaimana ketatabahasaan puisi Chairil Anwar?


3.  Tujuan Penulisan

   a.Untuk mengetahui ketatabahasaan puisi Chairil Anwar.




















                                                                        1
BAB II    PEMBAHASAN

                        Puisi adalah jenis karangan yang dalam penyajiannya sangat mengutamakan kegayaan kata. Kata yang bergaya merupakan salah satu unsur terpenting yang selalu dipikirkan penyair dalam mengungkapkan ide atau perasaannya. Puisi dapat juga diartikan sebagai karya sastra yang dibuat sebagai hasil penghayatan atau refleksi seseorang terhadap kehidupannya. Melalui puisi, seseorang ingin mencurahkan segala isi hatinya. Isi hati tersebut tidak hanya berupa perasaan, tetapi juga pikiran, sikap, dan harapan penulis terhadap objek yang sedang dihayatinya.
                        Dalam memahami sajak / puisi diperlukan analisis-analisis tertentu, seperti dalam makalah ini yang akan menganalisis “Kumpulan sajak Chairil Anwar (Aku ini binatang jalang)”  yang menggunakan analisis berdasarkan strata norma menurut roman ingarden. Analisis strata norma dalam gaya kepuitisan dan yang lebih penting yaitu analisis tentang adanya vitalisme (semangat perjuangan) yang terdapat pada “Kumpulan sajak-sajak Chairil Anwar.Melalui analisis strata norma kita akan mengetahui lima lapis dari puisi Chairi anwar.
Puisi 1
            Derai-derai cemara

        Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan di tingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam

Aku sekarang orangnya bisa tahan
Sudah beberapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada suatu bahan
Yang bukan dasar perhitungan kini

Hidup hanya menunda-nunda kekalahan
Tambah terasing dari cinta dan sekolah rendah
Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
Sebelum pada akhirnya kita menyerah

                                                                       











A. Lapis Bunyi
 
        Dalam puisi “Derai-derai cemara” ini memiliki persajakan a-b-a-b disetiap baitnya sehingga memperindah rima puisi tersebut.Tetapi puisi ini tidak sama dengan pantun karena tidak ada sampiran.


B. Lapis Makna atau arti
                        Puisi ini dikatakan monolog karena keseluruhan dari puisi adalah si penyair seperti berbicara sendiri didalam puisi ini. Dan membaca puisi juga termasuk monolog. kalimat : “Aku sekarang orangnya bisa tahan” Dalam bait tersebut tampak logis dan juga terdapat struktur kalimat, dengan membaca bait tersebut seseorang sudah bisa memaknai sendiri, apa yang terkandung dalam bait tersebut.
                         Semantik ritmik Yaitu makna bunyi pada puisi. Dan makna bunyi yang ada pada puisi Derai-derai cemara adalah : Cemara menderai sampai jauh Terasa hari akan jadi malam Ada beberapa dahan di tingkap merapuh Dipukul angin yang terpendam Dalam bait tersebut terjadi pegulangan bunyi u dan a, yaitu kesimpulan yang diutarakan dengan sikap mengendap, yang sepenuhnya menerima proses perubahan dalam diri manusia yang memisahkannya dari masa lampau. Proses itu begitu cepat, sehingga ada yang tidak diucapkan, sesuatu yang tentunya menganjal di tenggorokan, sebelum pada akhirnya kita akan menyerah.


C.  Lapis Objek
            Objek puisi derai-derai cemara ini adalah si penyair itu sendiri. Pada larik 6 “sudah beberapa waktu bukan kanak lagi”. Pada otak kita akan terbayang seorang anak-anak dengan sifatnya yang polos, lugu, dan lucu. Tapi, keseluruhan, bukanlah anak-anak yang ada dibenak kita. “Bukan kanak” ditunjang dengan kata-kata pendukungnya, menunjukkan sikap kedewasaan.


D. Lapis dunia
            Keseluruhan dari puisi ini sepertinya kehidupan penyair semakin lama semakin lemah karena dimakan usia dan kejadian-kejadian  yang terjadi dalam kehidupannya.

E. Lapis Metafisis
            Pengungkapan tak langsung Ungkapan dalam puisi yang berbeda dengan makna  sebenarnya : “Cemara menderai sampai jauh”, “dipukul angin yang terpendam”, seolah-olah mencitrakan sebuah kehidupan yang mulai lelah. Dengan simbol-simbol seperti dahan, yaitu metafora dari bagian tubuh manusia yang mulai lemah dengan kiasan merapuh. Simbolik malam akan mengimajinasikan pada kesunyian, tempat sedang orang istirahat, dan akhir dari sebuah kehidupan. misalnya malam yang biasanya diidentikkan dengan kesunyian, disangkal dengan suara-suara seperti, menderai dan dipukul.Puisi ini membahas bahwa kehidupan kita tidak abadi di dunia ini.                                                       

                                                                        3
Puisi 2

Kerawang Bekasi

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

                                                                       
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

                                                                                   

A.  Lapis bunyi
                        Yang dimaksud  tone adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya pada umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap rendah hati, angkuh, persuatif, sugestif.
                         Pada karya “Krawang-Bekasi” ini sikap penyair terhadap pembaca adalah “Rendah Hati” dan “Tegas”hal itu terlihat pada kata pengharapan yanga ada yaitu : “Kenang,kenanglah kami” “Kami sudah coba apa yang kami bisa” “Tapi kerja belum selesai,belum bisa memperhitungkan 4-5 ribu nyawa” “Kami cuma tulang-tulang berserekan” “Tapi adalah kepunyaanmu” Pada bait diatas terlihat betapa Sang Penyair dengan kalimat pengaharap kepada pembacanya,penikmatnya,pemerhatinya menggunakan pilihan akhiran “lah” pada kata “kenanglah” dan rasa rendah hati itu dipertegas pada kalimat berikutnya yaitu : “Kami sudah coba apa yang kami bisa”.Pada kalimat tersebut dapat kita ketahui bahwa perjuangan itu penuh resiko tetapi Sang Penyair menyatakan bahwa ia sudah mencoba apa yang ia bisa walaupun  nyawa jadi taruhannya
                        Meskipun begitu tetapi  ia menyatakan apa yang dilakukan belum selesai,memang selamanya perjuangan itu akan berkelanjutan sampai hayat dikandung badan.Kalimat lain yang menyatakan merendah adalah :”Kami Cuma tulang-tulang yang berserakan.Tapi adalah kepunyaanmu”.Pada kalimat itu ada kata “Cuma” yang seakan-akan hal itu tidak berarti,karena dinyatakan sebagai tulang-tulang yang berserakan.Padalah tulang-tulang yang berserakan itu adalah tulang para pejuang yang telah mengorbankan diri untuk tanah air dan bangsa.


B.  Lapis makna atau arti
                        Dilihat dari Sense karya Chairil Anwar dengan judul “Krawang-Bekasi” ini bertemakan perjuangan,sebuah tema yang identik dengan diri Sang Penyair,karena beliau hidup.
                        pada masa perjuangan yang penuh dengan heroisme dan beliau dikenal dengan pelopor angkatan’45.Banyak sekali karya beliau yang bertemakan perjuangan yang menjadi sepirit bagi para pemuda pada saat itu.Hal itu dapat dilihat dari kata : “Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi”.Kata “Merdeka” dan angkat senjata lagi mempunyai pengertian sebuah penjuangan untuk kebebasan mengatur negerinya sendiri.
                        Salah satunya cara untuk mencapai cita-cita tersebut adalah dengan angkat senjata yaitu dengan jalan “Perang”.Pada kalimat lain nampak jelas kalau tema yang diangkat pada “Krawang-Bekasi” adalah sebuah perjuangan yaitu pada kalimat :” Teruskan, teruskan jiwa kami”,pada kalimat itu perjuangan harus dilanjukan meskipun banyak korban yang berjatuhan.Sedang yang dimaksud dengan “jiwa kami” adalah semangat dari para pendahulu yang telah gugur di medan perang supaya dapat dilanjutkan oleh generasi yang akan datang.                           

C. Lapis objek
            Mayat-mayat para pahlawan menjadi objek di puisi ini .Mereka meninggala karena memeperjuangkan kemerdekaan dan kebebasan dan dipuisi ini diamanatkan agar meneruskan perjuangan mereka.


D.  Lapis dunia
                        Sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisinya. Setiap penyair mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi suatu persoalan. Sikap penyair dalam karya tersebut sangat tegas,lugas tanpa basa-basi dalam suatu perjuangan,hal itu dapat dilihat dari kata-kata :” Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa,”.
                                              
E.  Lapis Metafisis
                         Pada kalimat tersebut terlihat bahwa sang penyair tidak mempunyai pamrih apa-apa dalam berjuang.Semua itu diserahkan oleh orang yang menilainya,yaitu jiwa mereka,semangat mereka itu dinilai untuk kemerdekaan,kemenangan,dan harapan atau tidak untuk apa-apa.Hal inilah yang kami katakan tidak mempunyai “Pamrih”apa-apa dalam perjuangan yang berkaitan dengan dirinya.Yang penting ia berjuang untuk mencapai kemerdekaan.

           Puisi 3

 YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS

kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin

aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang

tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku



                                                                       
A. Lapis Bunyi
            Pada baris ke-dua ada kata “juga,ruang,dimana,dia dan yang” .Kata-kata tersebut memiliki unsur fonem a sehingga menimbulkan irama yang seimbang.

B . Lapis makna
      Pada baris ketiga terdapat kalimat” malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu” menggambarkan si penyair merasakan kesendirian dan kepedihan yang mendalam.” tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku” dan kalimat ini juga si penyair benar-benar merasakan kesendirian dan baying-bayang masa lalu.




C.  Lapis Objek
            Puisi ini mengunakan objek kamar,tangan dan tubuh.kiasan dari diri penyair.Penyair sendiri yang merasakan peristiwa tersebut bukan membahas orang lain tetapi bersifat individual.

D.  Lapis dunia
            Sudut pandang dari penyair seperti kehidupannya yang penuh dengan kenangan kenangan yang pernah terjadi dalam kehidupannya.

E.  Lapis metafisis
            Kehidupan si penyair digunakan untuk menuggu cintanya tetapi sayang cintanya tidak pernah datang dan cintanya sekarang hanya menjadi kisah cinta yang manis untuk penyair.


Puisi 4

DIPONEGORO
Dimasa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Didepan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang dikanan, keris dikiri
Berselempang semangat yang tak bias mati
Maju

                                                                
Bagimu negri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditinta
Sungguh pun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai.
Maju.
Serbu.
Serang.
Terjang.

A.  Lapis Bunyi
      Pada setiap akhir barisan selalu mempunyai bunyi yang sama karena akhir barisan mempunyai akhiran yang sama yaitu fonem”I” misalnya”




Dimasa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Didepan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang dikanan, keris dikiri
Berselempang semangat yang tak bias mati
Bisa dilihat setiap akhir barisan memiliki bunyi yang sama sehingga memunculkan irama yang baik.
                                                                       
B.  Lapis makna
            Setiap kalimat dan kata-katanya memiliki maksud untuk menyemangati para pahlawan.
Terlihat dari kalimat” Maju,Serbu,Serang dan Terjang”.kalimat ini ditunjukkan untuk pangeran diponegoro.


C.  Lapis objek
             Dipuisi ini ada beberapa objek yang dipakai yaitu”api” yang bermakna semangat juang yang membara.”pedang dan kering”alat yang digunakan untuk memerangi penjajah.

D.  Lapis dunia
       
            Perjuangan yang membara tanpa henti dari pahlawan diponegoro digambarkan dipuisi ini dan penyair ingin member semangat.

E.  Lapis metafisis
    
     Sang penyair memberi semangat kepada pahlawan agar semangat terus berkobar dan di puisi member gambaran bagaimana pahlawan diponegoro berjuang sampai titik penghabisan dan penyair mengharapkan agar hasil perjuangannya tidak sia-siakan oleh warga Indonesia yang sekarang hidup merdeka tanpa harus memperjuangkan lagi kebebasan itu.

Puisi 5
PRAJURIT JAGA MALAM

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu......
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !
       
                                                                       
A.  Lapis Bunyi
            Kata-kata di dalam puisi ini banyak mengunakan pengulangan kata-kata sehingga menciptakan rima .Pada kalimat “aku suka pada mereka yang berani hidup”dan kalimat”aku suka pada mereka yang masuk menemu malam” kedua kalimat tersebut juga terdapat kalimat yang diulang.

B.  Lapis makna
            Kalimat” Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam “dan “Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian “.seorang prajurit yang masi muda-muda dan ada juga yang sudah tua rela mengorbandan diri untuk mencapai tujuan bangsa yaitu kemerdekaan
            Karena kemerdekaan adalah impian mereka .Mereka para pahlawan rela berjaga malam      agar negaranya aman.

C.  Lapis Objek
            Objek dipuisi ini hanya prajurit karena dalam puisi ini hanya membahas seorang prajurit.seorang prajurit yang sedang berjaga malam .Mengantisipasi jika sewaktu-waktu para penjajah menyerang.Perjuangan yang mereka lakukan pantas mendapat pujian .

D.  Lapis dunia
            Sudut pandang dari penyair dalam puisi ini menceritakan seorang prajurit yang sedang menjalankan tugasnya.Walaupun sudah malam tetapi mereka (prajurit) tetap menjalankan tugasnya.

E.  Lapis metafisis
           
            Pengorbanan seorang prajurit ,disaat semua orang sedang tertidur saat malam hari tetapi ia tetap berjaga.itulah pengorbanan dari seorang prajurit.Dipuisi ini sang pengarang sedang bercerita tentang penngorbanan prajurit tersebut.                           



           



                                                           









BAB III      KESIMPULAN
           
              Dalam memahami sajak / puisi diperlukan analisis-analisis tertentu, seperti dalam makalah ini yang akan menganalisis “Kumpulan sajak Chairil Anwar (Aku ini binatang jalang)”  yang menggunakan analisis  struktural dan semiotik. Analisis struktural dalam gaya kepuitisan dan yang lebih penting yaitu analisis tentang adanya vitalisme (semangat perjuangan) yang terdapat pada “Kumpulan sajak-sajak Chairil Anwar (Aku ini binatang jalang)” melalui analisis semiotik. Analisis intertekstual antara sajak “Krawang-Bekasi” karya Chairil Anwa dan sajak “The Young Dead Soldiers Do Not Speak”, karya Archibald MacLeish.
                        Vitalisme yang ada pada diri Chairil Anwar yaitu semangat atau spirit perjuangan dan kejuangan dalam mencapai kemerdekaan bangsa. Chairil Anwar (Aku Ini Binatang Jalang, 1986) yang menutup buku koleksi lengkap puisi Chairil, Chairil Anwar tampil lebih menonjol sebagai sosok yang penuh semangat hidup dan sikap kepahlawana. Bahkan sebenarnya Chairil adalah salah seorang penyair kita yang memperhatikan kepentingan sosial dan politik bangsa.
                        Chairil memang penyair besar yang menginspirasi dan mengapresiasi upaya manusia meraih kemerdekaan, termasuk perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan. Hal ini, antara lain tercermin dari sajaknya bertajuk: “Krawang-Bekasi”, yang disadurnya dari sajak “The Young Dead Soldiers Do Not Speak”, karya Archibald MacLeish (1948). Dia juga menulis sajak “Persetujuan dengan Bung Karno”, yang merefleksikan dukungannya pada Bung Karno untuk terus mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945. Bahkan sajaknya yang berjudul “Aku” dan “Diponegoro” juga banyak diapresiasi orang sebagai sajak perjuangan. Kata “Aku binatang jalang” dalam sajak “Aku”, diapresiasi sebagai dorongan kata hati rakyat Indonesia untuk bebas merdeka. Sajak “Catetan TH.1946” juga merupakan karya Chairil Anwar yang berkaitan pada masa Kemerdekaan Indonesia.
            Pemakalah berharap besar dalam adanya analisis struktural-semiotik “Kumpulan sajak Chairil Anwar (Aku ini binatang jalang)” ini mampu menjadi penawar bagi pembaca yang sempat teracuni oleh sajian sastra yang ada, sehingga para penikmat puisi senja ini tidak lagi keracunan terutama dalam memakai karya-karya Chairil Anwar, namun mengerti dan memahami bahwa karya sastra memang tidak ada yang berubah secara menyeluruh, hanya saja mengelupas dari kulit aslinya, dan membuat kulit yang baru, dimana kulit baru itu suatu saat nanti juga akan mengalami hal serupa, terkelupas oleh kulit-kulit barunya yang lain namun sesungguhnya tetap saja berdaging sama.






                                                                        11

Selasa, 27 Desember 2011


Keluargaku
           
            Aku terlahir pada tanggal 29 0ktober 1992  dari keluarga besar yang amat sangat menyayangiku. Ayahku berasal dari jawa tengah tepatnya dari tempat yang tenang banget yaitu daerah Solo, dan ibuku berasal dari jawa timur tepatnya didaerah Surabaya.
            Lalu sekitar tahun 1985 orangtuaku pindah kedaerah Pekanbaru tepatnya ddaerah sp 1 Jl. Agus salim, Kerinci Kanan, Siak.
             Kami tiga bersaudara, Aku terlahir sebagai anak pertama, adik aku yang pertama bernama Bima Adi Saputra, dan sekarang dia masih kelas 4 SD diSDN 010 , dia paling pintar dan pendiam dikeluarga kami dan dia juga anak laki-laki satu-satunya dikeluarga kami akan tetapi dia mandiri & ngngak manja, adikku yang kedua yang paling bawel & crewet banget bernama Alief Nurchasanah, dia sekarang sedang bersolah diTK nol kecil.
            Hmmm…itulah sedikit informasi tentang keluargaku, kalau mau tau yang lebih banyak lagi tentang keluarga aku datang aja kerumah aku…hehee J